Muslim girl's :)

Sabtu, 28 November 2015

PENERAPAN KURIKULUM PAI DI SEKOLAH

PENERAPAN KURIKULUM PAI DI SEKOLAH

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum
Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) SMT III
Tahun Akademik 2014/2015

Disusun Oleh:
Kelompok 8 (PAI D)

1.    Fikri Taufikudin   (1414113129)
2.    Salman Al Farisi   (1414113153)
3.    Sri Fitriyani           (1414113157)


Dosen Pengampu:
Drs. H. Nawawi, M.Pd


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN 2015
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................        i
KATA PENGANTAR.........................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................        1
A.    Latar belakang.............................................................................        1
B.     Rumusan masalah........................................................................        1
C.     Tujuan penulisan..........................................................................        2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................        3
A.    Pengertian penerapan dan kurikulum PAI..................................        3
B.     Pendekatan penerapan kurikulum PAI........................................        3         
C.     Kreatifitas guru dalam penerapan kurikulum PAI......................        4
BAB III PENUTUP..............................................................................        10
A.    Kesimpulan..................................................................................        10
B.     Saran............................................................................................        11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................        12













KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan nikmat sehat kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam kami panjatkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad Saw, beserta keluarganya, dan para sahabatnya.
Makalah ini memuat tentang Penerapan Kurikulum PAI di Sekolah yang diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Makalah ini dibuat agar pembaca memahami dan memperluas pengetahuan mengenai Penerapan Kurikulum PAI di Sekolah.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Drs. H. Nawawi, M.Pd selaku dosen mata kuliah Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum yang telah  memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk menyusun makalah ini dengan baik. Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada para pembaca.
Kami sadar, bahwa makalah yang kami buat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun.



Cirebon,  November  2015


Penulis
.





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
lstilah kurikulum awal mulanya digunakan dalam dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno. Curriculum berasal dan kata Curir, artinya pelari, dan curere artinya tempat berpacu. Curriculum diartikan “jarak yang harus ditempuh” oleh pelari. Dari makna yang terkandung dalam kata tersebut, kurikulum secara sederhana diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh/diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah. Menurut UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pengajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Adanya kurikulum ini merupakan hal yang sangat penting, karena dari sinilah seorang Guru bisa mengambil acuan ketika ingin memberikan pengajaran kepada peserta didik. Dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka dalam proses pembelajaran harus digunakan strategi-strategi tertentu agar lebih mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kurikulum ini wajib adanya pada setiap Mata Pelajaran termasuk di dalamnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam hal ini akan dibahas secara terbatas yakni dalam ruang lingkup Kurikulum Pendidikan Agama Islam di sekolah sesuai judul makalah ini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian penerapan dan kurikulum PAI?
2.      Bagaimana pendekatan penerapan kurikulum PAI?
3.      Bagaimana kreatifitas guru dalam penerapan kurikulum PAI?



C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian penerapan dan kurikulum PAI.
2.      Mengetahui pendekatan penerapan kurikulum PAI.
3.      Mengetahui kreatifitas guru dalam penerapan kurikulum PAI.



























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian penerapan kurikulum PAI
1.      Pengertian penerapan
Suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.[1]
2.      Pengertian kurikulum PAI
Bahan-bahan pendidikan agama Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis, diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama Islam.[2]
Jadi pengertian penerapan kurikulum PAI adalah suatu perbuatan mempraktekkan bahan ajar pendidikan agama Islam secara sistematis yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama Islam.

B.     Pendekatan Penerapan Kurikulum PAI
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam penerapan kurikulum PAI dapat diterapkan melalui dua pendekatan, yaitu:
1.      Pendekatan makro
Pendekatan makro yaitu suatu tahapan penerapan kurikulum yang secara umum/luas dan terpadu (integral) berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan dari kurikulum pendidikan PAI. Pendekatan makro ini dipilih, karena berupaya menghadirkan proses pembelajaran, khususnya pendidikan PAI dapat memberikan nuansa yang berbeda dan harapan kolektif dari semua pihak.
2.      Pendekatan mikro
Pendekatan mikro yaitu suatu tahapan penerapan kurikulum yang secara praktis memperhatikan situasi dan kondisi sumber daya sekolah yang ada. Dengan pendekatan mikro ini dimaksudkan agar tujuan penerapan kurikulum pendidikan PAI di sekolah dapat tercapai secara lebih maksimal. Pendekatan mikro ini lebih dihadapkan pada hal-hal yang bersifat teknis, khususnya materi, guru dan siswa. Ketiga komponen tersebut merupakan persoalan yang perlu mendapatkan perhatian lebih mendalam dan penanganan serius.[3]

C.    Kreatifitas Guru dalam Penerapan Kurikulum PAI
1.      Menyusun Pendekatan
Dalam menerapkan kurikulum pendidikan PAI dan khususnya berkaitan dengan kegiatan pembelajaran PAI, para guru diharuskan menggunakan 6 pendekatan, yaitu:
a.       Pendekatan Rasional, yaitu suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada aspek penalaran. Pendekatan ini dapat berbentuk proses berpikir induktif yang dimulai dengan memperkenalkan fakta-fakta, konsep, informasi, atau contoh-contoh yang kemudian ditarik suatu generalisasi (kesimpulan) yang bersifat menyeluruh (umum).
b.      Pendekatan emosional, yakni upaya menggugah perasaan (emosi) siswa dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa. Cara ini digunakan untuk membakar semangat para siswa dalam memahami dan menghayati agama secara militan.
c.       Pendekatan pengamalan, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan ibadah dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah kehidupan. Pendekatan ini digunakan untuk mengasah kepedulian siswa terhadap masalah-masalah sosial-keamanaan.
d.      Pendekatan Pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi persoalan kehidupan.
e.       Pendekatan fungsional, yaitu menyajikan materi pokok dari segi manfaatnya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
f.       Pendekatan keteladanan, yaitu menjadikan figur guru (pendidik), petugas sekolah lainnya, orang tua, serta anggota masyarakat sebagai cermin bagi siswa. Sebagai pelengkap pendekatan di atas, pendekatan keteladanan memberikan pengaruh yang positif terhadap kepribadian siswa.
Adapun kiat guru melaksanakan pendekatan ini adalah sebagai berikut:
1)       para guru berusaha menjadikan materi pembelajaran sebagai bahan pembicaraan yang menarik. Siswa yang biasanya cenderung malas belajar akhirnya tertarik untuk mengikuti materi pelajaran, bahkan semangat menyimaknya.
2)      para guru mengisahkan kepada siswa beberapa tokoh ilmuwan, tentang sedikit kisah hidupnya, mengapa ia menjadi seorang tokoh ilmuwan yang dikagumi umat. Dari sekian tokoh ilmuwan tersebut diharapkan dapat membangkitkan semangat siswa belajar siswa. Pendekatan seperti ini dapat memberikan sugesti positif untuk menyukai bahan pelajaran.
3)      para guru melakukan asosiasi, artinya menghubungkan bahan pelajaran yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Siswa diharapkan mengingat pelajaran itu sesuai dengan pengalaman dirinya. Misalnya dengan mengajukan teka teki berkenaan dengan materi.
4)      proses pembelajaran hendaknya mengikuti langkah-langkah strategis sesuai dengan prinsip-prinsip didaktis, antara lain dari mudah ke sulit, dari sederhana ke komplek, dan konkret ke abstrak. Dalam menerangkan hendaknya diikuti dengan contoh-contoh yang konkret yang dapat membantu pemahaman siswa.
5)      menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, rileks dan tidak tegang. Suasana kelas yang menyenangkan akan membantu konsentrasi dalam belajar.
6)      Menjadikan guru sebagai media atau siswa dijadikan sebagai model dalam pembelajaran. Dalam mengajar guru tidak hanya menggunakan alat yang dibuat sebelumnya, akan tetapi guru dan siswa sekaligus dimanfaatkan sebagai alat peraga. Disini guru mampu melihat kemampuan dasar belajar siswa.
2.      Menerapkan Sembilan Prinsip Kurikulum PAI
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran:
a.       Berpusat pada Siswa
Siswa adalah makhluk Tuhan yang memiliki fitrah (potensi). Potensi ini sekaligus mempertegas dirinya sebagai makhluk individu dan sosial yang dapat berkembang secara kreatif dan produktif. Setiap siswa memiliki perbedaan minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar. Siswa tertentu mungkin lebih mudah belajar dengan cara mendengar, membaca, atau dengan cara melihat. Tetapi bagi siswa yang lain kadang mudah dengan cara melakukan langsung (learning by doing). Karena itu, para guru sebagai fasilitator mengakomodasi perbedaan tersebut dengan menciptakan kegiatan pembelajaran yang beragam.
b.      Belajar untuk melakukan/berbuat
Melakukan aktifitas adalah bentuk pernyataan diri siswa. Pada hakekatnya siswa belajar sambil melakukan aktifitas, oleh karena itu siswa perlu diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan-kegiatan nyata yang melibatkan dirinya, terutama untuk mencari dan menemukan sendiri, siswa akan memperoleh harga diri dan kegembiraan kalau diberi kesempatan menyalurkan kemampuan dan melihat hasil kerjanya.
c.       Mengembangkan kemampuan sosial
 Kegiatan pembelajaran tidak hanya mengoptimalkan kemampuan individual siswa secara internal, melainkan juga mengasah kemampuan siswa untuk membangun dengan pihak lain. Karena itu, kegiatan pembelajaran harus dikondisikan yang memungkinkan siswa melakukan interaksi dengan siswa lain, misalnya diskusi, pro-kontra sosiodrama dan sebagainya. Sebagai contoh dalam pembelajaran fiqh, siswa dapat diberi tugas melakukan observasi dan membuat laporan tentang pelaksanaan ibadah zakat, baik zakat fitrah maupun zakat mal di masyarakat. Hasil pengamatan dan laporan itu kemudian dipresentasikan di kelas untuk dibahas bersama.
d.      Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah
Tolak ukur kepandaian siswa banyak ditentukan oleh kemampuannya untuk memecahkan masalah.Dalam pembelajaran fiqh siswa dapat diterjunkan langsung ke masyarakat untuk melakukan pengamatan tentang pelaksanaan ibadah shalat, zakat, haji. Dalam hal kemiskinan, misalnya siswa diminta mengidentifikasi sebab-sebab yang menjadikan orang miskin. Siswa dapat ditugaskan secara individual maupun kelompok.
e.       Mengembangkan kreativitas siswa
Menyadari bahwa setiap siswa lahir dalam keadaan berbeda dan masing-masing memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Karena itu, kegiatan pembelajaran diciptakan sedemikian rupa sehingga membuat setiap siswa optimal potensinya. Di dalam kegiatan pembelajaran harus dikondisikan agar siswa memiliki kesempatan dan kebebasan dalam mengembangkan diri sesuai dengan kecenderungan masing-masing. Guru berupaya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya sebanyak mungkin. Sebagai contoh, dalam hal pelaksanaan ibadah haji siswa diminta membuat urut-urutan pelaksanaan ibadah haji mulai dari keberagkatan dari Tanah Air Indonesia hingga pulang dari tanah suci dengan menggunakan gambar.
f.       Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi Agar siswa tidak gagap terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, guru mengaitkan materi yang disampaikan dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Hal ini dapat diciptakan dengan pemberian tugas yang mengharuskan siswa berhubungan langsung dengan teknologi. Misalnya, membuat laporan tentang materi tertentu dari televisi, radio, atau internet. Dalam pembelajaran fiqh, siswa dapat diminta mencari data tentang perbankan syari’ah atau membuat ringkasan tentang kuliah subuh di televisi yang ada kaitannya dengan materi pelajaran, misalnya tentang puasa.
g.      Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik
Untuk mewujudkan sebagai warga negara Indonesia yang baik, kegiatan pembelajaran perlu diciptakan untuk mengasah kepekaan jiwa mereka terhadap kecintaan terhadap negara-bangsa. Untuk memenuhi target tujuan ini, para guru membuat sebuah contoh yang terkait dengan budaya atau konteks Indonesia. Sebagai contoh, siswa diminta membaca undang-undang perkawinan mengenai kewajiban suami intri, membuat laporan dan mendiskusikannya dengan teman lain di kelas. Selain itu, siswa juga diajak berdiskusi tentang korupsi, terorisme, kemiskinan, dan lain-lain.
h.      Belajar sepanjang hayat
Dalam Islam, menuntut ilmu wajib setiap muslim mulai dari kandungan Ibu hingga liang lahat (maut menjemput). Menuntut ilmu tidak dibatasi oleh usia kronologis tertentu atau terbatas pada jenjang pendidikan formal, akan tetapi dapat dilakukan secara informal. Di mana pun dan kapan pun semangat mencari ilmu harus dijiwai oleh seorang muslim. Untuk itu, para guru mendorong siswa untuk terus mencari ilmu di mana pun berada, tidak hanya dibangku sekolah (pendidikan formal) saja, melainkan juga bisa lewat pengajian-pengajian di masyarakat.
i.        Perpaduan kompetensi, kerjasama, dan solidaritas
 Siswa perlu berkompetisi, bekerja sama dalam mengembangkan solidaritasnya. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan kesempatan kepada siswa guna mengembangkan semangat berkompetisi yang sehat, bekerja sama dan solidaritas.[4]










BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      pengertian penerapan kurikulum PAI adalah suatu perbuatan mempraktekkan bahan ajar pendidikan agama Islam secara sistematis yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama Islam.
2.      Pendekatan penerapan kurikulum PAI: Pendekatan makro yaitu suatu tahapan penerapan kurikulum yang secara umum/luas dan terpadu (integral) berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan dari kurikulum pendidikan PAI. Pendekatan mikro yaitu suatu tahapan penerapan kurikulum yang secara praktis memperhatikan situasi dan kondisi sumber daya sekolah yang ada.
3.      Kreatifitas guru dalam penerapan kurikulum PAI
a.       Menyusun Pendekatan
1)      Pendekatan rasional
2)      Pendekatan emosional
3)      Pendekatan pengalaman
4)      Pendekatan pembiasaan
5)      Pendekatan fungsional
6)      Pendekatan keteladanan
b.      Menerapkan Sembilan Prinsip Kurikulum PAI
1)      Berpusat pada Siswa
2)      Belajar untuk melakukan/berbuat
3)      Mengembangkan kemampuan sosial
4)      Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah
5)      Mengembangkan kreativitas siswa
6)      Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi
7)      Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik
8)      Belajar sepanjang hayat
9)      Perpaduan kompetensi, kerjasama, dan solidaritas

B.     Saran
1.      Agar penerapan kurikulum Pendidikan Agama Islam sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka pendidikan Islam harus berasumsi pada al-Qur’an dan hadits, karena al-Quran dan hadits sendiri berisi pokok-pokok ajaran. Para pendidik Muslim menyusun wawasan mereka tentang kurikulum berdasarkan asumsi dari al-Qur’an dan hadits.
2.      Dari dua pendekatan penerapan kurikulum PAI sudah cukup baik, akan tetapi akan lebih baik lagi jika seorang guru mampu menerapkannya kepada para peserta didik sesuai dengan tujuan kurikulum PAI.
3.      Agar kreatifitas guru dalam penerapan kurikulum PAI sesuai dengan  yang diharapkan, guru harus benar-benar mampu mengaplikasikannya kepada para peserta didik, dengan menyusun pendekatan-pendekatan dan menerapkan prinsip-prinsip kurikulum PAI dengan baik.















DAFTAR PUSTAKA





1 komentar: