PENERAPAN
KURIKULUM PAI DI SEKOLAH
MAKALAH
Disusun untuk
Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah
Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum
Pada Jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI) SMT III
Tahun Akademik
2014/2015
Disusun Oleh:
Kelompok 8 (PAI
D)
1.
Fikri
Taufikudin (1414113129)
2. Salman Al Farisi (1414113153)
3. Sri Fitriyani (1414113157)
Dosen Pengampu:
Drs. H. Nawawi, M.Pd
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN
2015
DAFTAR
ISI
DAFTAR
ISI......................................................................................... i
KATA
PENGANTAR......................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar
belakang............................................................................. 1
B. Rumusan
masalah........................................................................ 1
C. Tujuan
penulisan.......................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN...................................................................... 3
A. Pengertian
penerapan dan kurikulum PAI.................................. 3
B. Pendekatan
penerapan kurikulum PAI........................................ 3
C. Kreatifitas
guru dalam penerapan kurikulum PAI...................... 4
BAB
III PENUTUP.............................................................................. 10
A. Kesimpulan.................................................................................. 10
B. Saran............................................................................................ 11
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................... 12
KATA
PENGANTAR
Segala
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan nikmat
sehat kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam kami panjatkan kepada baginda tercinta Nabi
Muhammad Saw, beserta keluarganya, dan para sahabatnya.
Makalah
ini memuat tentang Penerapan Kurikulum PAI di Sekolah yang diajukan untuk
memenuhi tugas terstruktur Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Makalah ini
dibuat agar pembaca memahami dan memperluas pengetahuan mengenai Penerapan
Kurikulum PAI di Sekolah.
Kami
mengucapkan terima kasih kepada Drs. H. Nawawi, M.Pd selaku dosen mata kuliah
Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum yang telah memberikan
kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk menyusun makalah ini dengan baik. Semoga
makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada para pembaca.
Kami
sadar, bahwa makalah yang kami buat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun.
Cirebon, November
2015
Penulis
.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
lstilah kurikulum awal mulanya digunakan
dalam dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno. Curriculum berasal dan kata
Curir, artinya pelari, dan curere artinya tempat berpacu. Curriculum diartikan
“jarak yang harus ditempuh” oleh pelari. Dari makna yang terkandung dalam kata
tersebut, kurikulum secara sederhana diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran
yang harus ditempuh/diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah. Menurut UU
no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pengajaran,
serta cara yang digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Adanya kurikulum ini merupakan hal yang
sangat penting, karena dari sinilah seorang Guru bisa mengambil acuan ketika
ingin memberikan pengajaran kepada peserta didik. Dan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan maka dalam proses pembelajaran harus digunakan
strategi-strategi tertentu agar lebih mudah untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Kurikulum ini wajib adanya pada setiap Mata Pelajaran termasuk di dalamnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam hal ini akan dibahas secara terbatas yakni dalam ruang lingkup Kurikulum Pendidikan Agama Islam di sekolah sesuai judul makalah ini.
Kurikulum ini wajib adanya pada setiap Mata Pelajaran termasuk di dalamnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam hal ini akan dibahas secara terbatas yakni dalam ruang lingkup Kurikulum Pendidikan Agama Islam di sekolah sesuai judul makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
penerapan dan kurikulum PAI?
2.
Bagaimana
pendekatan penerapan kurikulum PAI?
3.
Bagaimana
kreatifitas guru dalam penerapan kurikulum PAI?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui
pengertian penerapan dan kurikulum PAI.
2.
Mengetahui
pendekatan penerapan kurikulum PAI.
3.
Mengetahui
kreatifitas guru dalam penerapan kurikulum PAI.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
penerapan kurikulum PAI
1.
Pengertian
penerapan
Suatu perbuatan
mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu
dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan
yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.[1]
2.
Pengertian
kurikulum PAI
Bahan-bahan
pendidikan agama Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan
sengaja dan sistematis, diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan agama Islam.[2]
Jadi pengertian penerapan kurikulum PAI adalah suatu
perbuatan mempraktekkan bahan ajar pendidikan agama Islam secara sistematis
yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
agama Islam.
B. Pendekatan Penerapan Kurikulum PAI
Untuk
mencapai hasil yang maksimal dalam penerapan kurikulum PAI dapat diterapkan
melalui dua pendekatan, yaitu:
1.
Pendekatan makro
Pendekatan makro yaitu suatu tahapan penerapan
kurikulum yang secara umum/luas dan terpadu (integral) berdasarkan
kebutuhan-kebutuhan dan tujuan dari kurikulum pendidikan PAI. Pendekatan makro
ini dipilih, karena berupaya menghadirkan proses pembelajaran, khususnya
pendidikan PAI dapat memberikan nuansa yang berbeda dan harapan kolektif dari
semua pihak.
2.
Pendekatan mikro
Pendekatan mikro yaitu suatu tahapan penerapan
kurikulum yang secara praktis memperhatikan situasi dan kondisi sumber daya
sekolah yang ada. Dengan pendekatan mikro ini dimaksudkan agar tujuan penerapan
kurikulum pendidikan PAI di sekolah dapat tercapai secara lebih maksimal.
Pendekatan mikro ini lebih dihadapkan pada hal-hal yang bersifat teknis, khususnya
materi, guru dan siswa. Ketiga komponen tersebut merupakan persoalan yang perlu
mendapatkan perhatian lebih mendalam dan penanganan serius.[3]
C. Kreatifitas Guru dalam Penerapan Kurikulum PAI
1.
Menyusun Pendekatan
Dalam menerapkan kurikulum pendidikan PAI dan
khususnya berkaitan dengan kegiatan pembelajaran PAI, para guru diharuskan
menggunakan 6 pendekatan, yaitu:
a.
Pendekatan Rasional, yaitu suatu pendekatan dalam
proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada aspek penalaran. Pendekatan
ini dapat berbentuk proses berpikir induktif yang dimulai dengan memperkenalkan
fakta-fakta, konsep, informasi, atau contoh-contoh yang kemudian ditarik suatu
generalisasi (kesimpulan) yang bersifat menyeluruh (umum).
b.
Pendekatan emosional, yakni upaya menggugah perasaan
(emosi) siswa dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan
budaya bangsa. Cara ini digunakan untuk membakar semangat para siswa dalam
memahami dan menghayati agama secara militan.
c.
Pendekatan pengamalan, yaitu memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan ibadah
dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah kehidupan. Pendekatan ini digunakan
untuk mengasah kepedulian siswa terhadap masalah-masalah sosial-keamanaan.
d.
Pendekatan Pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan ajaran Islam dan
budaya bangsa dalam menghadapi persoalan kehidupan.
e.
Pendekatan fungsional, yaitu menyajikan materi pokok
dari segi manfaatnya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
f.
Pendekatan keteladanan, yaitu menjadikan figur guru
(pendidik), petugas sekolah lainnya, orang tua, serta anggota masyarakat
sebagai cermin bagi siswa. Sebagai pelengkap pendekatan di atas, pendekatan
keteladanan memberikan pengaruh yang positif terhadap kepribadian siswa.
Adapun kiat
guru melaksanakan pendekatan ini adalah sebagai berikut:
1)
para guru
berusaha menjadikan materi pembelajaran sebagai bahan pembicaraan yang menarik.
Siswa yang biasanya cenderung malas belajar akhirnya tertarik untuk mengikuti
materi pelajaran, bahkan semangat menyimaknya.
2)
para guru mengisahkan kepada siswa beberapa tokoh
ilmuwan, tentang sedikit kisah hidupnya, mengapa ia menjadi seorang tokoh
ilmuwan yang dikagumi umat. Dari sekian tokoh ilmuwan tersebut diharapkan dapat
membangkitkan semangat siswa belajar siswa. Pendekatan seperti ini dapat
memberikan sugesti positif untuk menyukai bahan pelajaran.
3)
para guru melakukan asosiasi, artinya menghubungkan
bahan pelajaran yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Siswa
diharapkan mengingat pelajaran itu sesuai dengan pengalaman dirinya. Misalnya
dengan mengajukan teka teki berkenaan dengan materi.
4)
proses pembelajaran hendaknya mengikuti
langkah-langkah strategis sesuai dengan prinsip-prinsip didaktis, antara lain
dari mudah ke sulit, dari sederhana ke komplek, dan konkret ke abstrak. Dalam
menerangkan hendaknya diikuti dengan contoh-contoh yang konkret yang dapat
membantu pemahaman siswa.
5)
menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, rileks
dan tidak tegang. Suasana kelas yang menyenangkan akan membantu konsentrasi
dalam belajar.
6)
Menjadikan guru sebagai media atau siswa dijadikan
sebagai model dalam pembelajaran. Dalam mengajar guru tidak hanya menggunakan
alat yang dibuat sebelumnya, akan tetapi guru dan siswa sekaligus dimanfaatkan
sebagai alat peraga. Disini guru mampu melihat kemampuan dasar belajar siswa.
2.
Menerapkan Sembilan Prinsip Kurikulum PAI
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru
dalam kegiatan pembelajaran:
a.
Berpusat pada Siswa
Siswa adalah makhluk Tuhan yang memiliki fitrah
(potensi). Potensi ini sekaligus mempertegas dirinya sebagai makhluk individu
dan sosial yang dapat berkembang secara kreatif dan produktif. Setiap siswa
memiliki perbedaan minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar.
Siswa tertentu mungkin lebih mudah belajar dengan cara mendengar, membaca, atau
dengan cara melihat. Tetapi bagi siswa yang lain kadang mudah dengan cara
melakukan langsung (learning by doing). Karena itu, para guru sebagai
fasilitator mengakomodasi perbedaan tersebut dengan menciptakan kegiatan
pembelajaran yang beragam.
b.
Belajar untuk melakukan/berbuat
Melakukan aktifitas adalah bentuk pernyataan diri
siswa. Pada hakekatnya siswa belajar sambil melakukan aktifitas, oleh karena
itu siswa perlu diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan-kegiatan nyata yang
melibatkan dirinya, terutama untuk mencari dan menemukan sendiri, siswa akan
memperoleh harga diri dan kegembiraan kalau diberi kesempatan menyalurkan
kemampuan dan melihat hasil kerjanya.
c.
Mengembangkan kemampuan sosial
Kegiatan
pembelajaran tidak hanya mengoptimalkan kemampuan individual siswa secara
internal, melainkan juga mengasah kemampuan siswa untuk membangun dengan pihak
lain. Karena itu, kegiatan pembelajaran harus dikondisikan yang memungkinkan
siswa melakukan interaksi dengan siswa lain, misalnya diskusi, pro-kontra sosiodrama
dan sebagainya. Sebagai contoh dalam pembelajaran fiqh, siswa dapat diberi
tugas melakukan observasi dan membuat laporan tentang pelaksanaan ibadah zakat,
baik zakat fitrah maupun zakat mal di masyarakat. Hasil pengamatan dan laporan
itu kemudian dipresentasikan di kelas untuk dibahas bersama.
d.
Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah
Tolak ukur kepandaian siswa banyak ditentukan oleh
kemampuannya untuk memecahkan masalah.Dalam pembelajaran fiqh siswa dapat
diterjunkan langsung ke masyarakat untuk melakukan pengamatan tentang
pelaksanaan ibadah shalat, zakat, haji. Dalam hal kemiskinan, misalnya siswa
diminta mengidentifikasi sebab-sebab yang menjadikan orang miskin. Siswa dapat
ditugaskan secara individual maupun kelompok.
e.
Mengembangkan kreativitas siswa
Menyadari bahwa setiap siswa lahir dalam keadaan
berbeda dan masing-masing memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Karena itu,
kegiatan pembelajaran diciptakan sedemikian rupa sehingga membuat setiap siswa
optimal potensinya. Di dalam kegiatan pembelajaran harus dikondisikan agar
siswa memiliki kesempatan dan kebebasan dalam mengembangkan diri sesuai dengan
kecenderungan masing-masing. Guru berupaya memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengemukakan pendapatnya sebanyak mungkin. Sebagai contoh, dalam hal
pelaksanaan ibadah haji siswa diminta membuat urut-urutan pelaksanaan ibadah
haji mulai dari keberagkatan dari Tanah Air Indonesia hingga pulang dari tanah
suci dengan menggunakan gambar.
f.
Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi
Agar siswa tidak gagap terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, guru
mengaitkan materi yang disampaikan dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Hal ini
dapat diciptakan dengan pemberian tugas yang mengharuskan siswa berhubungan
langsung dengan teknologi. Misalnya, membuat laporan tentang materi tertentu
dari televisi, radio, atau internet. Dalam pembelajaran fiqh, siswa dapat
diminta mencari data tentang perbankan syari’ah atau membuat ringkasan tentang
kuliah subuh di televisi yang ada kaitannya dengan materi pelajaran, misalnya
tentang puasa.
g.
Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik
Untuk mewujudkan sebagai warga negara Indonesia yang
baik, kegiatan pembelajaran perlu diciptakan untuk mengasah kepekaan jiwa
mereka terhadap kecintaan terhadap negara-bangsa. Untuk memenuhi target tujuan
ini, para guru membuat sebuah contoh yang terkait dengan budaya atau konteks
Indonesia. Sebagai contoh, siswa diminta membaca undang-undang perkawinan
mengenai kewajiban suami intri, membuat laporan dan mendiskusikannya dengan
teman lain di kelas. Selain itu, siswa juga diajak berdiskusi tentang korupsi, terorisme,
kemiskinan, dan lain-lain.
h.
Belajar sepanjang hayat
Dalam Islam, menuntut ilmu wajib setiap muslim mulai
dari kandungan Ibu hingga liang lahat (maut menjemput). Menuntut ilmu tidak
dibatasi oleh usia kronologis tertentu atau terbatas pada jenjang pendidikan
formal, akan tetapi dapat dilakukan secara informal. Di mana pun dan kapan pun
semangat mencari ilmu harus dijiwai oleh seorang muslim. Untuk itu, para guru
mendorong siswa untuk terus mencari ilmu di mana pun berada, tidak hanya
dibangku sekolah (pendidikan formal) saja, melainkan juga bisa lewat pengajian-pengajian
di masyarakat.
i.
Perpaduan kompetensi, kerjasama, dan solidaritas
Siswa perlu
berkompetisi, bekerja sama dalam mengembangkan solidaritasnya. Kegiatan
pembelajaran dirancang untuk memberikan kesempatan kepada siswa guna
mengembangkan semangat berkompetisi yang sehat, bekerja sama dan solidaritas.[4]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
pengertian
penerapan kurikulum PAI adalah suatu perbuatan mempraktekkan bahan ajar
pendidikan agama Islam secara sistematis yang diberikan kepada peserta didik
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama Islam.
2.
Pendekatan penerapan kurikulum PAI: Pendekatan makro
yaitu suatu tahapan penerapan kurikulum yang secara umum/luas dan terpadu
(integral) berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan dari kurikulum pendidikan
PAI. Pendekatan mikro yaitu suatu tahapan penerapan kurikulum yang secara
praktis memperhatikan situasi dan kondisi sumber daya sekolah yang ada.
3.
Kreatifitas guru
dalam penerapan kurikulum PAI
a.
Menyusun Pendekatan
1)
Pendekatan rasional
2)
Pendekatan emosional
3)
Pendekatan pengalaman
4)
Pendekatan pembiasaan
5)
Pendekatan fungsional
6)
Pendekatan keteladanan
b.
Menerapkan Sembilan Prinsip Kurikulum PAI
1)
Berpusat pada Siswa
2)
Belajar untuk melakukan/berbuat
3)
Mengembangkan kemampuan sosial
4)
Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah
5)
Mengembangkan kreativitas siswa
6)
Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi
7)
Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik
8)
Belajar sepanjang hayat
9)
Perpaduan kompetensi, kerjasama, dan solidaritas
B.
Saran
1.
Agar penerapan
kurikulum Pendidikan Agama Islam sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka
pendidikan Islam harus berasumsi pada al-Qur’an dan hadits, karena al-Quran dan
hadits sendiri berisi pokok-pokok ajaran. Para pendidik Muslim menyusun wawasan
mereka tentang kurikulum berdasarkan asumsi dari al-Qur’an dan hadits.
2.
Dari dua
pendekatan penerapan kurikulum PAI sudah cukup baik, akan tetapi akan lebih
baik lagi jika seorang guru mampu menerapkannya kepada para peserta didik
sesuai dengan tujuan kurikulum PAI.
3.
Agar kreatifitas
guru dalam penerapan kurikulum PAI sesuai dengan yang diharapkan, guru harus benar-benar mampu
mengaplikasikannya kepada para peserta didik, dengan menyusun
pendekatan-pendekatan dan menerapkan prinsip-prinsip kurikulum PAI dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://internetsebagaisumberbelajar.blogspot.co.id/2010/07/pengertian-penerapan.html. Tgl 23 November 2015
http://ahmadefendy.blogspot.co.id/2010/04/pengertian-kurikulum-pendidikan-agama.html. Tgl 23 November 2015
http://mujtahid-komunitaspendidikan.blogspot.co.id/2010/02/reimprovisasi-kurikulum-pai-analisis.html. Tgl 23 November
2015
[1]http://internetsebagaisumberbelajar.blogspot.co.id/2010/07/pengertian-penerapan.html diunduh pada
tanggal 23 November 2015 pkl 22:39 WIB
[2]http://ahmadefendy.blogspot.co.id/2010/04/pengertian-kurikulum-pendidikan-agama.html,
diunduh pada tanggal 23 November 2015 pkl 22:45 WIB
[3]http://mujtahid-komunitaspendidikan.blogspot.co.id/2010/02/reimprovisasi-kurikulum-pai-analisis.html, diunduh pada tanggal 23 November 2015 pkl 22:49 WIB
[4]http://mujtahid-komunitaspendidikan.blogspot.co.id/2010/02/reimprovisasi-kurikulum-pai-analisis.html,
diunduh pada tanggal
23 November 2015 pkl 23:20 WIB
syukron ya ukhti...
BalasHapus